Sabtu, 08 Januari 2011

PostHeaderIcon Tidak Semua Psikopat Adalah Kriminal

Rabu, 30-07-2008 10:15:58 oleh: Widodo Judarwanto
Kanal: Kesehatan
 
Bila seorang penjahat dalam aksi kriminalnya dilakukan dengan keji, kejam dan tak berperikemanusian maka orang pasti akan memvonis sebagai psikopat. Tetapi sebenarnya tidak semua pembunuh adalah psikopat dan tidak semua psikopat pembunuh. Sebenarnya lebih banyak lagi psikopat yang berkeliaran dan hidup di tengah-tengah masyarakat, bukan sebagai pelaku kriminal.Selama ini mungkin tidak disadari psikopat ada di sekitar kita. Apakah tetangga, teman kerja atau bahkan pasangan serta anggota keluarga mengalaminya. Penyimpangan perilaku itu adalah sikap egois, tidak pernah mengakui kesalahan bahkan selalu mengulangi kesalahan, tidak memiliki empati, dan tidak punya hati nurani. Bila itu semua ada kecurigaan psikopat layak diberikan.



Selengkapnya


DEFINISI

Psikopat adalah suatu gejala kelainan yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Istilah psikopat yang sudah sangat dikenal masyarakat justru tidak ditemukan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV. Artinya, psikopat tidak tercantum dalam daftar penyakit, gangguan atau kelainan jiwa di lingkungan ahli kedokteran jiwa Amerika Serikat. Psikopat dalam kedokteran jiwa masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial. Selain psikopatik, ada gangguan antisosial, asosial, dan amoral yang masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial.

Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan skizofrenia karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut "orang gila tanpa gangguan mental". Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopat. Beberapa seorang ahli memprediksi tiga dari 10 laki-laki di Amerika Serikat dan satu dari 30 laki-laki di Inggris adalah psikopat. Prediksi ini didasarkan pada penelitiannya, yang sebagian besar respondennya adalah laki-laki.

Psikopat ditemukan di berbagai profesi dan kelas sosial, laki- laki dan perempuan. Karena yang dirugikan oleh kejahatannya tak hanya individu tetapi juga masyarakat luas, Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau dirumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan. Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, pemabuk, penjudi, penipu, pelaku kekerasan dalam rumah tangga, pelaku bunuh diri dan koruptor. Namun, kasus kriminal itu hanya terjadi pada sekitar 15-20 persen dari semua penderita psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.

PENYEBAB

Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab psikopat. Berbagai teori dikemukakan oleh para peneliti. Teori kelainan struktural otak seperti penurunan intensitas bagian otak di daerah prefrontal grey matter dan penurunan volume otak di bagian "posterior hippocampal" dan peningkatan intensitas otak bagian "callosal white matter". Teori lain adalah gangguan metabolisme serotonin, gangguan fungsi otak dan genetik yang diduga ikut menciptakan karakter monster seorang psikopat.

Mungkin tidak terdapat kerusakan otak sebagai penyebab psikopatik. Tetapi terdapat anomali dalam cara psikopat memproses informasi. Dalam penelitian menggunakan MRI melalui pengenalan gambar-gambar kasus bunuh diri yang tidak menyeramkan. Pada orang non-psikopat terlihat banyak sekali aktivasi di amigdala sedangkan pada psikopat tidak ada perbedaan sama sekali. Namun ada peningkatan aktivitas di area lain pada otak yaitu area ekstra-limbik. Tampaknya psikopat menganalisis materi emosional di area otak tersebut.

Selain ada anomali di otak, faktor genetik dan lingkungan juga berperan besar melahirkan karakter psikopat. Stres atau tekanan hidup yang besar bisa pula merubah perilaku seseorang menjadi brutal. Namun bila sifatnya sementara, karena ada pemicu yang masuk akal, maka tidak bisa dikatakan psikopat. Ciri psikopat sebenarnya bisa dideteksi sejak kanak-kanak melalui berbagai perilaku yang tidak biasa. Perilaku antisosial pada anak-anak ternyata merupakan warisan genetik. Penelitian terhadap anak-anak kembar menunjukkan, anak menunjukkan kecenderungan psikopatik dini. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 3.687 pasang anakkembar berusia tujuh tahun.

GEJALA PSIKOPAT

Terdapat tiga ciri utama yang biasanya melakat pada seorang psikopat, yakni egosentris, tidak punya empati, dan tidak pernah menyesal. Terdapat sepuluh karakter spesifik psikopat. Di antaranya adalah tidak memiliki empati, emosi dangkal, manipulatif, pembohong, egosentris, pintar bicara, toleransi yang rendah pada frustasi, membangun relasi yang singkat dan episodik, gaya hidup parasitik, dan melanggar norma sosial yang persisten. Seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.

Sejumlah penelitian menunjukkan, psikopat lebih suka menyiksa pasangan daripada membunuhnya. Dari sekian banyak pembunuhan dalam rumah tangga, hanya 2% yang pelakunya benar-benar seorang psikopat. Para psikopat umumnya tidak menyesal setelah melakukan aksinya. Hanya sedikit psikopat yang menyesal lalu memutuskan bunuh diri. Dari 2% psikopatyang melakukan pembunuhan, seperempatnya melakukan bunuh diri.

Selengkapnya gejala psikopat adalah sebagai berikut :

1. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
2. Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
3. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar -- bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin".
4. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
5. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
6. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
7. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
8. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
10. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.
11. Sikap antisosial di usia dewasa.

DIAGNOSIS

Tidak mudah mendiagnosa psikopat. Mencocokan kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokkan ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien, pengaduan korban, atau pengamatan prilaku pasien dari waktu ke waktu. Pemeriksaan elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian. Wawancara menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian antisosial. Dilakukan pengamatan perilaku dan kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan. Pemeriksaan psikotes untuk menilai tingkat kecerdasan. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.

MMPL (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) adalah metode yag selama ini digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan jiwa secara umum, termasuk psikopat. Namun MMPLmasih mempunyai kelemahan. Tidak sulit bagi seorang psikopat yang cerdas untuk merekayasa laporan dan berbohong. Akhirnya dikembangkan Psychopathy Checklist (PCL) dan versi revisinya Psychopathy Checklist-Revised (PCL-R), untuk penilaian secara valid dan benar tentang psikopat. PCL-R merupakan metode yang sudah dilengkapi dasar-dasar interview semi-struktural dengan seseorang yang dicurigai sebagai psikopat, bersama-sama diolah dengan berbagai informasi tentang orang tersebut. Penilaian ditentukan dengan skala, mulai dari 0 artinya tidak ada insikasi psikopat hingga 2 yang artinya seseorang positif memiliki karakter psikopat. Total skor adalah 40, dan seseorang didiagnosa psikopat jika dia memiliki skor antara 30 hingga 40. Pada beberapa kasus, skor 25 juga sudah dikategorikan psikopat.

Terdapat sekitar 20 kriteria dalam PCL-R dalam menegakkan diagnosis psikopat. Di antaranya sebagai berikut : persuasif dan memesona di permukaan, menghargai diri yang berlebihan, butuh stimulasi atau gampang bosan, pembohong yang patologis, menipu dan manipulatif, kurang rasa bersalah dan berdosa, emosi dangkal, kasar dan kurang empati, hidup seperti parasit, buruknya pengendalian perilaku, longgarnya perilaku seksual, masalah perilaku dini (sebelum usia 13 tahun), tidak punya tujuan jangka panjang yang realistis, impulsif, tidak bertanggung jawab atas kewajiban, tidak bertanggung jawab atas tindakan sendiri, pernikahan jangka pendek yang berulang, kenakalan remaja, melanggar norma dan keragaman kriminal.

Alat diagnosis lain yang digunakan berdasarkan teori yang sudah eksis (metode deduksi) adalah Primitive Defense Guide, Rorschach, ToM (Theory of Mind), SCT (Sentence Completion Test) dan NEO PIR.

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN

Pada dasarnya, psikopat tidak bisa diterapi secara sempurna tetapi hanya bisa terobservasi dan terdeteksi. Untuk tahap pengobatan dan rehabilitasi psikopat saat ini baru dalam tahap kopleksitas pemahaman gejala. Terapi yang paling mungkin adalan non obat seperti konseling. Namun melihat kompleksitas masalahnya, terapi psikopat bisa dikatakan sulit bahkan tidak mungkin. Seorang psikopat tidak merasa ada yang salah dengan dirinya sehingga memintanya datang teratur untuk terapi adalah hal yang mustahil. Yang bisa dilakukan manusia adalah menghindari orang-orang psikopat, memberikan terapi pada korbannya, mencegah timbul korban lebih banyak dan mencegah psikopat jangan berubah menjadi kriminal.

Psikopat salah satu perilaku menyimpang yang banyak ditakuti masyarakat sebenarnya selama ini banyak terdapat disekitar kita. Sekitar 1 dari 100 orang di dalam masyarakat adalah psikopat. Hampir seperlimanya akan berperilaku kriminal seperti pembunuh, pemerkosa, koruptor, pemabuk, atau penjudi. Mungkin salah satunya akan berpotensi menjadi "monster penjagal manusia". Bila deteksi dini gangguan perilaku pada anak dan pendekatan lingkungan dilakukan dengan baik, maka idealnya psikopat tidak akan berubah menjadi kriminal.

Beberapa penelitian faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Lingkungan tersebut bisa berupa fisik, biologis dan sosial. Tetapi kebanyakan orang-orang beresiko biasanya memasuki lingkungan yang sama yang berpotensi terjadinya kejahatan tersebut. Faktor lingkungan fisik dan sosial yang beresiko berkembangnya seorang psikopat menjadi kriminal adalah tekanan ekonomi yang buruk, perlakuan kasar dan keras sejak usia anak, penelantaran anak, perceraian orang tua, kesibukan orangtua, faktor pemberian nutrisi tertentu, dan kehidupan keluarga yang tidak mematuhi etika hukum, agama dan sosial. Lingkungan yang beresiko lainnya adalah hidup ditengah masyarakat yang dekat dengan perbuatan criminal seperti pembunuhan, penyiksaan, kekerasan dan lain sebagainya.

Sedangkan lingkungan biologis salah satunya yang saat ini banyak diteliti adalah pola makan apakah berpengaruh terhadap tindak kriminal tersebut. Adanya penelitian yang dilakukan Peter C dkk tahun 1997 cukup mengejutkan. Didapatkan kaitan diet, alergi makanan, intoleransi makanan dan perilaku kriminal di usia muda cukup menjadi informasi dan fakta ilmiah yang menarik dan sangat penting, Meskipun demikian masih belum dapat dijelaskan mengapa beberapa faktor tersebut berkaitan.Terdapat beberapa faktor resiko untuk terjadi tindak kekerasan dan kriminal tersebut seperti agresifitas, emosi, impulsifitas, hiperaktif, gangguan tidur dan sebagainya. Ternyata banyak faktor resiko tersebut juga terjadi pada penderita alergi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, impulsifitas hingga memperberat gejala penderita Autism dan ADHD.

Bila faktor genetik, gangguan fungsi otak, dan diikuti oleh lingkungan fisik, biologis dan sosial yang negatif maka tindak kriminal pada penderita psikopat lebih gampang terjadi. Sehingga sangatlah penting untuk mengetahui faktor resiko dan gangguan perilaku pada usia anak untuk dilakukan pencegahan sejak dini.



Jumat, 12 November 2010

PostHeaderIcon ANAK DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN CRedite : FIxcel


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pendidikan luar biasa merupakan media pendidikan yang sangat relevan sekali dengan anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Sebagai calon guru pendidikan luar biasa tentunya kami mempunyai misi penting yang akan di realisasikan nantinya dalam kehidupan bermasyarakat, apalagi mengingat bahwa ilmu yang digali merupakan salah satu  cabang ilmu pengetahuan tentang anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang keberadaannya boleh dibilang kecil. Dan sebagai mahasiswa kami mempunyai tugas untuk selalu menggali tentang bagaimana anak dengan kebutuhan khusus, akahirnya kami mencoba membuat satu makalah yang mengambil tentang apa itu anak dengan kelainan  penglihatan.
Banyak alasan  mengapa kami makalah yang kami buat mempunyai topik tentang anak dengan kelainan penglihatan. Salah satu alasannya adalah bahwa anak yang mempunyai kelainan dalam penglihatan mempunyai banyak karakteristik yang mudah kita lihat pada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, selain itu kami sangat tertarik dan ingin mengetahui lebih  jauh dan memperdalam pengetahuan tentang apa, bagaimana, dan seperti apa anak dengan kelainan penglihatan ?. Sesuai dengan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Ortopedagogik I, maka kami dalam makalah ini  hanya membahas beberapa hal saja tentang anak dengan kelainan penglihatan.


B.     Rumusan Masalah
Ada beberapa hal yang kami akan coba bahas  dalam makalah ini,  diantaranya :
1.      Apakah Pengertian/definisi dari bergangguan  penglihatan ?
2.      Ada berapa klasifikasi dan jenis-jenis bergangguan penglihatan ?
3.      Bagaimana karakteristik dari anak dengan  gangguan penglihatan ?
4.      Bagaimana prevalensinya anak dengan gangguan penglihatan ?
C.     Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan  makalah dan  rumusan masalah diatas adalah untuk :
1.      Mengetahui dan memahami pengertian  bergangguan penglihatan.
2.      Untuk mengetahui pengklasifikasian bergangguan penglihatan.
3.      Untuk mengetahui karakteristik anak dengan gangguan penglihatan.
4.      Dan terakhir untuk mengetahui prevalensi anak dengan  gangguan penglihatan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Bergangguan Penglihatan
Dalam lingkungan masyarakat awam bergangguan penglihatan mungkin saja bisa diartikan sebagai satu gangguan pada mata kita yang disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena ada suatu benda renik yang masuk pada mata sehingga menyebabkan mata kita kelilipan akibatnya mengganggu kelancaran dalam melihat. Atau bisa saja gangguan penglihatan diartikan sebagai suatu keadaan dimana mata ini tidak bisa melihat lagi secara awas yang disebabkan oleh faktor umur. Tapi dalam dunia pendidikan luar biasa kita dituntut untuk mempunyai definisi sendiri tentang bergangguan penglihatan, sesuai dengan sumber-sumber  yang dikemukakan oleh para ahli tentang apa itu yang dinamakan bergangguan penglihatan. WHO sendiri mengemukakan istilah tunanentra kedalam  dua katagori, ialah “blind” atau buta dan “low vision” atau penglihatan kurang. Buta menggambarkan kondisi dimana indera penglihatan tidak bisa lagi digunakan meskipun sudah menggunakan alat bantu sehingga bergantung pada alat-alat indera lain. Sedangkan penglihatan kurang menggambarkan kondisi penglihatan dengan ketajaman yang kurang, daya tahan rendah mempunyai kesulitan dengan tuga-tugas  utama yang menuntut fungsi penglihatan tetapi masih dapat berfungsi dengan alat bantu khusus namun tetap terbatas.
Adapun kalau kita melihat definisi dari anak dengan gangguan penglihatan sebagian (partially sighted) menurut DeMott (1982 : 430) adalah mereka yang memiliki tingkat ketajaman penglihatan sentral antara 20/70 dan 20/200. Siswa yang digolongkan seperti ini membutuhkan bantuan khusus atau modifikasi materi atau membutuhkan kedua-duanya dalam pendidikan di sekolah.
Dengan demikian dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa anak dengan bergangguan  dalam penglihatan adalah anak dimana kondisi penglihatannya atau  jarak penglihatannya sekitar 6/60 biasanya sudah dikatagorikan sebagai anak dengan bergangguan penglihatan. Sedangkan dalam pendidikan anak dengan  bergangguan penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan dalam melihat sedimikian rupa sehingga mengalami hambatan dalam pencapaian belajarnya secara optimal.
B.     Kalasifikasi dan Jenis-Jenis Bergangguan Penglihatan
1.   Berdasarkan Waktu Terjadinya Gangguan Penglihatan
a.       Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
b.      Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
c.       Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
d.      Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
e.       Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
2.   Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
a.       Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
b.      Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
c.       Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
3.   Berdasarkan pemeriksaan klinis
a.       Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.
b.      Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.
      4.   Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata
a.       Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa negatif.
b.      Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif.
c.       Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris.
C.     Karakteristik Gangguan Penglihatan
Ada  beberapa karaktersitk orang dengan gangguan penglihatan, antara lain :
1.      Karakteristik bergangguan penglihatan total
a).    Rasa curiga pada orang lain
b).    Perasaan mudah tersinggung
c).    Ketergantungan yang berlebihan
d).    Blindsm (merupakan  gerakan-gerakan yang tidak disadari)
e).    Rasa rendah diri
f).      Tangan kedepan dan badan agak membungkuk
g).    Suka melamun
h).    Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu objek
i).      Kritis
j).      Pemberani
k).    Peratiannya selalu terpusat
2.      Karaktersitik bergangguan penglihatan yang sedang/ masih bisa menggunakan alat indera lihatnya walaupun hanya beberapa persen saja.
a).    Selalu mengadakan fixition atau melihat suatu benda dengan memfokuskan pada titik benda.
b).    Menanggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama pada benda yang memantulkan cahaya, disebut juga dengan visually function.
c).    Bergerak dengan penuh percaya diri baik dirumah maupun disekolah.
d).    Merespon warna.
e).    Mereka dapat menghindari rintangan-rintangan yang berbentuk besar dengan sisa penglihatannya.
f).      Miringkan kepala bila akan memulai dan melakukan suatu pekerjaan.
g).    Mampu mengikuti gerak benda dengan sisa penglihatannya.
h).    Tertarik pada benda  yang bergerak.
i).      Mencari benda jatuh selalu menggunakan penglihatannya.
j).      Mereka akan selalu menjadi penuntun bagi temannya yang buta.
k).    Jika berjalan selalu sering membentur atau menginjak-nginjak benda tanpa disengaja.
l).      Berjalan dengan menyeretkan kaki atau salah langkah.
m).  Kesulitan melakukan gerakan-gerakan halus dan lembut. Selalu melihat benda dengan global atau menyeluruh.

3.      Karakteristik bergangguan penglihatan sementara yang diakibatkan matanya  terkena sesuatu/kelilipan.
a).    Bisanya mengesek-gesekan tangannya kemata dengan dengan kelopak mata  yang  tertutup.
b).    Mata merah karena terus di gesek dan terjadi iritasi ringan.
c).    Selalu mencari orang lain untuk membantu melihat lilipan yang masuk kemata dan suka menyuruh meniup matanya.
D.    Prevalensi Bergangguan Penglihatan
Sampai sekarang tidak mudah mendapatkan laporan-laporan prevalensi untuk penyandang gangguan penglihatan. Ini dikarenakan oleh ketidak stabilan informasi misalnya dari faktor definisi, faktor diagnosa yang tumpang tindih atau faktor stigma dalam masyarakat, faktor definisi misalnya harus jelas batas-batas mana yang termasuk gangguan penglihatan atau tunanetra dan mana yang bukan. Cacat mata yang bisa dikoreki dengan kaca mata ini tidak dimasukan kedalam katagori tunanetra atau gangguan penglihatan, karena kalau kita melihat dari kaca mata pendidikan bahwa yang termasuk gangguan penglihatan yaitu kondisi  penglihatan yang secara keseluruhan tidak bisa berfungsi walaupun sudah menggunakan alat bantu penglihatan dan untuk menolongnya menggunakan huruf  braille dalam pendidikannya.
Kondisi susahnya pemerolehan informasi prevalensi gangguan penglihatan disetujui juga oleh Kirk dan Gallagher (1986). Dikatakan  bahwa statistik mengenai banyaknya jumlah penyandang tunanetra sukar didapat. Statistik yang berbeda juga diberikan oleh Kantor Pendidikan AS, yaitu kantor percetakan bagi tunanetra dan Lembaga Tunanetra Amerika.
Namun di Indonesia angka prevalensi kebutaan di Indonesia antara lain menggunakan data estimasi yang dikeluarkan oleh Departemen Sosial Republik Indonesia. Menyatkan  bahwa jumlah keseluruhan penyandang cacat di Indonesia diperkirakan mencapai 3,11% dari jumlah penduduk (Susilo Sipeno, 1990), dan dari perkiraan tersebut jumlah penyandang tunanetra  atau cacat penglihatan menduduki jumlah yang paling besar dibanding dengan jumlah cacat lain yaitu mencapai sekitar 0,90%. Jika penduduk Indonesia nanti mencapai 200 juta jiwa, maka jumlah orang yang mengalami gangguan penglihatan sekitar 1,8 juta jiwa. Angka  ini  tentunya bukan merupakan angka yang sedikit mengingat untuk pengobatan, perawatan maupun pelayanannya maka akan membutuhkan sarana dan prasarana tenaga biaya yang tidak sedikit.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Gangguan penglihatan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami  hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau dalam dunia  pendidikan gangguan penglihatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami  hambatan dalam  belajar sekalipun sudah menggunakan alat bantu dan cara mengajarnya membutuhkan layanan khusus.
Bergangguan penglihatan juga dibagi kedalam beberapa klasifikasi dan orang yang bergangguan penglihatan biasanya mempunyai kriteria khusus dalam kegiatan sehari-harinya, serta mempunyai kebiasaan aneh yaitu suka menggoyang-goyangkan kepala, berjalan mondar-mandir yang semuanya tidak mereka sadari bahwa hal itu mengundang keanehan dari penglihatan orang normal.
B.     Saran
Untuk pembaca apabila anda bertemu dengan anak bergangguan penglihatan maka hendaklah membantunya. Karena anak bergangguan penglihatan sangat membutuhkan bantuan kita.
Jumat, 22 Oktober 2010

PostHeaderIcon MAKALAH AUTISME Credite BY : Rahmi Yulianti

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autis akan semakin meningkat pesat. Jumlah penyandang autis semakin mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autis masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Autis adalah gangguan yang dipengaruhi oleh multifaktorial. Tetapi sejauh ini masih belum terdapat kejelasan secara pasti mengenai penyebab dan faktor resikonya.
Dalam keadaan seperti ini, strategi pencegahan yang dilakukan masih belum optimal. Sehingga saat ini tujuan pencegahan mungkin hanya sebatas untuk mencegah agar gangguan yang terjadi tidak lebih berat lagi, bukan untuk menghindari kejadian autis
  1. Rumusan Masalah
A.    Pengertian autisme
B.     Prevalensi
C.     Klasifikasi dan jenis-jenis
D.    Karakteristik autisme
E.     Faktor penyebab autisme
F.      Mengidentifikasi dini autis
G.    Sistem pelayanan pendidikan bagi anak autisme
H.    Masalah psikologi sosial anak autisme
  1. Tujuan
Makalah ini ditulis bertujuan agar para pembaca dapat memahami lebih dalam apa sebenarnya Autisme, serta apa saja layanan yang diberikan kepada anak autisme,dan mengetahui cara agar anak tidak mengalami autis. Kita sebagai pendidik harus mengetahui dan memahaminya.

BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian autisme
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.



  1. Prevalensi
Autis dapat terjadipada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autis makin bertambah. Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 di simpulkan terdapat 9 kasus autis per harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia.Di Amerika Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalensi autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autisme meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autis. Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan jumlah anak austime dapat mencapai 150 - 200 ribu orang.

  1. Klasifikasi dan jenis-jenis
    1. autisme persepsi
autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal (endogenous) karena kelainan sudah timbul sebelum lahir, gejala yang diamati, antara lain:
·         rangsangan dari luar baik yang kecil maupun yang kuat, akan menimbulkan kecemasan.
·         Banyaknya pengaruh rangsangan dari orang tua, tidak bisa ditentukan.
·         Pada kondisi begini, baru orang tua mulai peduli atas kelainan anaknya, sambil terus menciptakan rangsangan-rangsangan yang memperberat kebingungan anaknya, mulai berusaha mencari pertolongan
·         Pada saat ini si Bapak malah sering menyalahkan Si Ibu kurang memiliki keekaan naluri keibuan.
    1. autisme reaktif
pada autisme reaktif, penderita membuat gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala yang dapat diamati, antara lain:
·         autisme ini biasa mulai  terlihat pada anak usia lebih besar (6-7 tahun) sebelum anak memasuki tahap berpikir logis. Namun demikian, bisa saja terjadi sejak usia minggu-minggu pertama.
·         Mempunyai sifat rapuh, mudah terkena pengaruh luar yang timbul setelah lahir, baik karena trauma fisisk atau psikis. Tetapi bukan disebabkan karena kehilangan ibu.
·         Setiap kondisi, bisa saja merupakan trauma pada anak yang berjiwa rapuh ini, sehingga mempengaruhi perkembangan normal kemudian harinya.
    1. autisme yang timbul kemudian
kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit memberikan pelatihan dan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat, ditambah beberapa pengalaman baru dan mungkin diperberat dengan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.
  1. Karakteristik autisme
1.      gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal
·         Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara
·         Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang sering disebut sebagai bahasa planet.
·         Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang sesuai
·          Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
·         Meniru atau membeo , beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian , nada , maupun kata – katanya tanpa mengerti artinya.
·         Kadang bicara monoton seperti robot
·         Mimik muka datar
·         Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat
2.      Gangguan pada bidang interaksi sosial
·         Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
·         anak mengalami ketulian
·         Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk
·         Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang
·         Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya
·         Bila didekati untuk bermain justru menjauh
·         Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
·         Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun
·         Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orang tuanya
3.      Gangguan pada bidang perilaku dan bermain
·         Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama berulang – ulang sampai berjam – jam
·         Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh
·         Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus untuk waktu lama)atau sesuatu yang berputar
·         Terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana
·         Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak
·         Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat - lompat, berputar -putar, memukul benda berulang - ulang
4.      gangguan pada bidang perasaan dan emosi
·         Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang menangis akan di datangi dan dipukulnya
·         Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang nyata
·         Sering mengamuk tidak terkendali ( temper tantrum) , terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif
5.      Gangguan dalam persepsi sensoris
·         Mencium – cium , menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja
·         Bila mendengar suara keras langsung menutup mata
·         Tidak menyukai rabaan dan pelukan . bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan
·         Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu


  1. Faktor penyebab terjadinya autisme
Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.

          Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada terjadinya autistik. Bayi kembar satu telur akan mengalami
gangguan autistik yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan
beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar mengalami
gangguan yang sama.

            Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang
buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat
pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung
terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.
Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap juga hubungan antara gangguan
pencernaan dan gejala autistik. Ternyata lebih dari 60 % penyandang autistik
ini mempunyai sistem pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut
berupa susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak tercerna
dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak semua berubah menjadi
asam amino tapi juga menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek asam amino
yang seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang autistik,
peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk kedalam aliran darah, masuk ke
otak dan dirubah oleh reseptor opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan
gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan membuat fungsi
otak terganggu. Fungsi otak yang terkena biasanya adalah fungsi kognitif,
reseptif, atensi dan perilaku
  1. Mengidentifikasi dini Autis
Gejala autisme mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun , secara umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2 – 5 tahun. Pada beberapa kasus aneh gejala terlihat pada masa sekolah. Berdasarkan penelitian lebih banyak didapatkan pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Beberapa tes untukmendeteksi dini kecurigaan autisme hanya dapat dilakukan pada bayi berumur 18 bulan ke atas.
            Autisme pada anak bisa diatasi lebih efektif jika diketahui sejak dini gejalanya. Banyak orang tua terlambat menyadari buah hatinya mengalami autisme karena tak tahu gejalanya.
Menurut penelitian terbaru, autisme bisa didiagnosis lebih dini dengan melihat bagaimana respon batita saat menonton serial kartun atau animasi. Batita akan sangat senang dan memfokuskan perhatian ketika melihat gerakan.
Dalam serial kartun terdapat banyak gerakan dan biasanya batita senang untuk melihatnya. Tetapi bagi batita autisme, mereka akan mengacuhkan gerakan dalam serial kartun tersebut.
Penelitian tersebut dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Yale, Inggris. Kesimpulan tersebut didapatkan setelah mengadakan penelitian pada seorang anak berusia dua tahun. Ia di diagnosa terkena autisme melalui gerakan dan suara yang berasal dari serial kartun.
Para peneliti mengungkapkan, tes dengan kartun yang dilakukan pada anak tersebut, bisa dilakukan pada anak lain dan dapat mengidentifikasi gejala autis lebih dini. Karena anak-anak yang berusia delapan bulan sebenarnya sudah bisa mengenali gerakan dan gambar. Dan, dengan cara memperlihatkan kartun animasi, autisme dapat diidentifikasi.
Identifikasi autisme dengan serial kartun atau animasi ini dilakukan di Inggris dan melibatkan 55 batita. Hasilnya adalah 21 batita mengalami autistic-spectrum disorders (ASD), 39 batita normal dan 16 batita memiliki masalah perkembangan tetapi bukan autisme.
Batita normal dan yang memiliki masalah perkembangan, menyukai dan fokus melihat animasi yang diperlihatkan. Tetapi, batita dengan ASD tidak fokus pada animasi yang diperlihatkan pada dua layar berbeda.
“Batita dengan ASD dapat diketahui secara dini. Dengan begitu dapat diberikan terapi dengan lebih cepat dan tepat," kata Dr Ami Klin, dari the Yale Child Study Center.

  1. Sistem pelayanan pendidikan anak autisme
Pada anak autistik yang telah diterapi dengan baik dan memperlihatkan keberhasilan yang menggembirakan, anak tersebut dapat dikatakan "sembuh" dari gejala autistiknya.
Ini terlihat bila anak tersebut sudah dapat mengendalikan perilakunya
sehingga tampak berperilaku normal, berkomunikasi dan berbicara normal,
serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai anak seusianya.
            Pada saat ini anak sebaiknya mulai diperkenalkan untuk masuk kedalam
kelompok anak-anak normal, sehingga ia (yang sangat bagus dalam
meniru/imitating) dapat mempunyai figur/role model anak normal dan meniru
tingkah laku anak normal seusianya
1.      Kelas Terpadu sebagai kelas transisi
Kelas ini ditujukan untuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu
dan terrstruktur, dan merupakan kelas persiapan dan pengenalan akan
pengajaran dengan kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara
pengajaran untuk anak autistik ( kelas kecil dengan jumlah guru besar, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas, padat dan konsisten,
dsb)
Tujuan kelas terpadu adalah:
1)      Membantu anak dalam mempersiapkan transisi ke sekolah reguler2. Belajar secara intensif pelajaran yang tertinggal di kelas reguler, sehingga dapat mengejar ketinggalan dari teman-teman sekelasnya
Prasyarat:
1.      Diperlukan guru SD dan terapis sebagai pendamping, sesuai dengan keperluan anak didik (terapis perilaku, terapis bicara, terapis okupasi dsb)
2.      Kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu team dari berbagai bidang ilmu ( psikolog, pedagogi, speech patologist, terapis, guru dan orang tua/relawan)
3.      Kelas ini berada dalam satu lingkungan sekolah reguler untuk memudahkan proses transisi dilakukan (mis: mulai latihan bergabung dengan kelas reguler pada saat olah raga atau istirahat atau prakarya dsb)
2)      Program inklusi (mainstreaming)
Program ini dapat berhasil bila ada:
a)      Keterbukaan dari sekolah umum
b)      Test masuk tidak didasari hanya oleh test IQ untuk anak normal
c)      Peningkatan SDM/guru terkait
d)     Proses shadowing/dapat dilaksanakan Guru Pembimbing Khusus (GPK)
e)      Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu saja (Mempunyai IEP/Program Pendidikan Individu sesuai dengan kemampuannya)
f)       Anak dapat "tamat" (bukan lulus) dari sekolahnya karena telah selesai melewati pendidikan di kelasnya bersama-sama teman sekelasnya/peers.
g)      Tersedianya tempat khusus (special unit) bila anak memerlukan terapi 1:1 di sekolah umum

3)      Sekolah Khusus
Pada kenyataannya dari kelas Terpadu terevaluasi bahwa tidak semua anak autistik dapat transisi ke sekolah reguler. Anak-anak ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi di sekeliling mereka. Beberapa anak memperlihatkan potensi yang sangat baik dalam bidang tertentu misalnya olah raga, musik, melukis, komputer, matematika, ketrampilan dsb.Anak-anak ini sebaiknya dimasukkan ke dalam Kelas khusus, sehingga potensi mereka dapat dikembangkan secara maksimal.
Contoh sekolah khusus: Sekolah ketrampilan, Sekolah pengembangan olahraga, Sekolah Musik, Sekolah seni lukis, Sekolah Ketrampilan untuk usaha kecil, Sekolah computer.
4)      Program sekolah dirumah (Homeschooling Program)
Adapula anak autistik yang bahkan tidak mampu ikut serta dalam Kelas Khusus karena keterbatasannya, misalnya anak non verbal, retardasi mental, masalah motorik dan auditory dsb. Anak ini sebaiknya diberi kesempatan ikut serta dalam Program Sekolah Dirumah (Homeschooling Program). Melalui bimbingan para guru/terapis serta kerjasama yang baik dengan orangtua dan orang-orang disekitarnya, dapat dikembangkan potensi/strength anak. Kerjasama guru dan orangtua ini merupakan cara terbaik untuk men-generalisasi program dan membentuk hubungan yang positif antara keluarga dan masyarakat. Bila memungkinkan, dengan dukungan dan kerjasama antara guru sekolah dan terapis di rumah anak-anak ini dapat diberi kesempatan untuk mendapat persamaan pendidikan yang setara dengan sekolah reguler/SLB untuk bidang yang ia kuasai. Dilain pihak, perlu dukungan yang memadai untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya untuk dapat menghadapi kehidupan bersama seorang autistik.
  1. Dampak  psikologi anak autisme
A.    Dampak psikologis bagi orang tua
Tidak mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya mengalami kelainan. Hilangnya impian, harapan, kebingungun-kekhewatiran atas masa depan anak, biaya financial yang harus dikeluarkan, dan kerepotan-kerepotan lainnya merupakan beban berat yang harus dihadapi orang tua. Semua hal tersebut sangat berpotensi menjadi stressor dalam kehidupan dan preses interaksi dengan anak.
B.     Dampak psikologis bagi anggota keluarga
Pertama dampak psikologis terhadap sang kakak pada awal kelahirannya hal ini belum menjadi masalah. Permasalahan muncul setelah sekian lama sang kakak menyadari bahwa dengan hadir si adik perhatian ayah, ibu dan anggota keluarga yang lain tercurah kepada si adik. Bahkan kecenburuannya sitambah lagi dengan perasaan kesal, menyaksikan semua perhatian orang tua tercurah kepada adiknya yang autisme.
C.     Dampak psikologis bagi lingkungan masyarakat
Umumnya anggota masyarakat belum bisa menerima penyandang autisme dalam kelompok sosialnya. Orang tua anak normal sering melarang anaknya bergaul dengan anak autistic. Pernah juga kejadian orang tua anak normal memindahkan anaknya sekolah karena disekolah yang lama terdapat anak autistic.

BAB III
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.          
 Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang
buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat
pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung
terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.

  1. SARAN
Hendaknya saat hamil ibu harus memperhatikan asupan gizi yang baik untuk anaknya serta bagi orang tua yang memiliki anak autisme harus memperbanyak pengetahuan tentang autisme agar mengetahui bagaimana cara menangani anak autis dengan baik. Begitu juga seorang guru agar tahu bagaimana penyelenggaraan pendidikan bagi anak autisme tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Azwandi, yosfan. 2005. mengenal dan membantu penyandang autisme. Jakarta. Direktorat jendral pendidikan tinggi.      
                                 Yatim,  Faisal. 2003. Austisme suatu gangguan jiwa pada anak- anak. Jakarta: pustaka popular obor
Dr Widodo Judarwanto SpA  email : wido25@hotmail.com
htpp://www.alergianak.bravehost.com
www.google.com jam 19.00 wib tgl 28 november 2009

Use Follow Me

Artikel

About Me

Foto Saya
Special Education
Padang, Indonesia
Simple
Lihat profil lengkapku

Blog List

Special Education. Diberdayakan oleh Blogger.

Chat Box

Create a Meebo Chat Room
Google Translate
Arabic Korean Japanese
Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German
Spain Italian Dutch

CLender


Free Blog Content
Mr.Zoo