Jumat, 22 Oktober 2010

PostHeaderIcon MAKALAH AUTISME Credite BY : Rahmi Yulianti

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autis akan semakin meningkat pesat. Jumlah penyandang autis semakin mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autis masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Autis adalah gangguan yang dipengaruhi oleh multifaktorial. Tetapi sejauh ini masih belum terdapat kejelasan secara pasti mengenai penyebab dan faktor resikonya.
Dalam keadaan seperti ini, strategi pencegahan yang dilakukan masih belum optimal. Sehingga saat ini tujuan pencegahan mungkin hanya sebatas untuk mencegah agar gangguan yang terjadi tidak lebih berat lagi, bukan untuk menghindari kejadian autis
  1. Rumusan Masalah
A.    Pengertian autisme
B.     Prevalensi
C.     Klasifikasi dan jenis-jenis
D.    Karakteristik autisme
E.     Faktor penyebab autisme
F.      Mengidentifikasi dini autis
G.    Sistem pelayanan pendidikan bagi anak autisme
H.    Masalah psikologi sosial anak autisme
  1. Tujuan
Makalah ini ditulis bertujuan agar para pembaca dapat memahami lebih dalam apa sebenarnya Autisme, serta apa saja layanan yang diberikan kepada anak autisme,dan mengetahui cara agar anak tidak mengalami autis. Kita sebagai pendidik harus mengetahui dan memahaminya.

BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian autisme
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.



  1. Prevalensi
Autis dapat terjadipada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autis makin bertambah. Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 di simpulkan terdapat 9 kasus autis per harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia.Di Amerika Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalensi autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autisme meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autis. Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan jumlah anak austime dapat mencapai 150 - 200 ribu orang.

  1. Klasifikasi dan jenis-jenis
    1. autisme persepsi
autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal (endogenous) karena kelainan sudah timbul sebelum lahir, gejala yang diamati, antara lain:
·         rangsangan dari luar baik yang kecil maupun yang kuat, akan menimbulkan kecemasan.
·         Banyaknya pengaruh rangsangan dari orang tua, tidak bisa ditentukan.
·         Pada kondisi begini, baru orang tua mulai peduli atas kelainan anaknya, sambil terus menciptakan rangsangan-rangsangan yang memperberat kebingungan anaknya, mulai berusaha mencari pertolongan
·         Pada saat ini si Bapak malah sering menyalahkan Si Ibu kurang memiliki keekaan naluri keibuan.
    1. autisme reaktif
pada autisme reaktif, penderita membuat gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala yang dapat diamati, antara lain:
·         autisme ini biasa mulai  terlihat pada anak usia lebih besar (6-7 tahun) sebelum anak memasuki tahap berpikir logis. Namun demikian, bisa saja terjadi sejak usia minggu-minggu pertama.
·         Mempunyai sifat rapuh, mudah terkena pengaruh luar yang timbul setelah lahir, baik karena trauma fisisk atau psikis. Tetapi bukan disebabkan karena kehilangan ibu.
·         Setiap kondisi, bisa saja merupakan trauma pada anak yang berjiwa rapuh ini, sehingga mempengaruhi perkembangan normal kemudian harinya.
    1. autisme yang timbul kemudian
kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit memberikan pelatihan dan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat, ditambah beberapa pengalaman baru dan mungkin diperberat dengan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.
  1. Karakteristik autisme
1.      gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal
·         Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara
·         Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang sering disebut sebagai bahasa planet.
·         Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang sesuai
·          Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
·         Meniru atau membeo , beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian , nada , maupun kata – katanya tanpa mengerti artinya.
·         Kadang bicara monoton seperti robot
·         Mimik muka datar
·         Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat
2.      Gangguan pada bidang interaksi sosial
·         Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
·         anak mengalami ketulian
·         Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk
·         Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang
·         Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya
·         Bila didekati untuk bermain justru menjauh
·         Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
·         Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun
·         Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orang tuanya
3.      Gangguan pada bidang perilaku dan bermain
·         Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama berulang – ulang sampai berjam – jam
·         Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh
·         Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus untuk waktu lama)atau sesuatu yang berputar
·         Terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana
·         Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak
·         Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat - lompat, berputar -putar, memukul benda berulang - ulang
4.      gangguan pada bidang perasaan dan emosi
·         Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang menangis akan di datangi dan dipukulnya
·         Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang nyata
·         Sering mengamuk tidak terkendali ( temper tantrum) , terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif
5.      Gangguan dalam persepsi sensoris
·         Mencium – cium , menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja
·         Bila mendengar suara keras langsung menutup mata
·         Tidak menyukai rabaan dan pelukan . bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan
·         Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu


  1. Faktor penyebab terjadinya autisme
Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.

          Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada terjadinya autistik. Bayi kembar satu telur akan mengalami
gangguan autistik yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan
beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar mengalami
gangguan yang sama.

            Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang
buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat
pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung
terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.
Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap juga hubungan antara gangguan
pencernaan dan gejala autistik. Ternyata lebih dari 60 % penyandang autistik
ini mempunyai sistem pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut
berupa susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak tercerna
dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak semua berubah menjadi
asam amino tapi juga menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek asam amino
yang seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang autistik,
peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk kedalam aliran darah, masuk ke
otak dan dirubah oleh reseptor opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan
gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan membuat fungsi
otak terganggu. Fungsi otak yang terkena biasanya adalah fungsi kognitif,
reseptif, atensi dan perilaku
  1. Mengidentifikasi dini Autis
Gejala autisme mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun , secara umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2 – 5 tahun. Pada beberapa kasus aneh gejala terlihat pada masa sekolah. Berdasarkan penelitian lebih banyak didapatkan pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Beberapa tes untukmendeteksi dini kecurigaan autisme hanya dapat dilakukan pada bayi berumur 18 bulan ke atas.
            Autisme pada anak bisa diatasi lebih efektif jika diketahui sejak dini gejalanya. Banyak orang tua terlambat menyadari buah hatinya mengalami autisme karena tak tahu gejalanya.
Menurut penelitian terbaru, autisme bisa didiagnosis lebih dini dengan melihat bagaimana respon batita saat menonton serial kartun atau animasi. Batita akan sangat senang dan memfokuskan perhatian ketika melihat gerakan.
Dalam serial kartun terdapat banyak gerakan dan biasanya batita senang untuk melihatnya. Tetapi bagi batita autisme, mereka akan mengacuhkan gerakan dalam serial kartun tersebut.
Penelitian tersebut dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Yale, Inggris. Kesimpulan tersebut didapatkan setelah mengadakan penelitian pada seorang anak berusia dua tahun. Ia di diagnosa terkena autisme melalui gerakan dan suara yang berasal dari serial kartun.
Para peneliti mengungkapkan, tes dengan kartun yang dilakukan pada anak tersebut, bisa dilakukan pada anak lain dan dapat mengidentifikasi gejala autis lebih dini. Karena anak-anak yang berusia delapan bulan sebenarnya sudah bisa mengenali gerakan dan gambar. Dan, dengan cara memperlihatkan kartun animasi, autisme dapat diidentifikasi.
Identifikasi autisme dengan serial kartun atau animasi ini dilakukan di Inggris dan melibatkan 55 batita. Hasilnya adalah 21 batita mengalami autistic-spectrum disorders (ASD), 39 batita normal dan 16 batita memiliki masalah perkembangan tetapi bukan autisme.
Batita normal dan yang memiliki masalah perkembangan, menyukai dan fokus melihat animasi yang diperlihatkan. Tetapi, batita dengan ASD tidak fokus pada animasi yang diperlihatkan pada dua layar berbeda.
“Batita dengan ASD dapat diketahui secara dini. Dengan begitu dapat diberikan terapi dengan lebih cepat dan tepat," kata Dr Ami Klin, dari the Yale Child Study Center.

  1. Sistem pelayanan pendidikan anak autisme
Pada anak autistik yang telah diterapi dengan baik dan memperlihatkan keberhasilan yang menggembirakan, anak tersebut dapat dikatakan "sembuh" dari gejala autistiknya.
Ini terlihat bila anak tersebut sudah dapat mengendalikan perilakunya
sehingga tampak berperilaku normal, berkomunikasi dan berbicara normal,
serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai anak seusianya.
            Pada saat ini anak sebaiknya mulai diperkenalkan untuk masuk kedalam
kelompok anak-anak normal, sehingga ia (yang sangat bagus dalam
meniru/imitating) dapat mempunyai figur/role model anak normal dan meniru
tingkah laku anak normal seusianya
1.      Kelas Terpadu sebagai kelas transisi
Kelas ini ditujukan untuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu
dan terrstruktur, dan merupakan kelas persiapan dan pengenalan akan
pengajaran dengan kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara
pengajaran untuk anak autistik ( kelas kecil dengan jumlah guru besar, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas, padat dan konsisten,
dsb)
Tujuan kelas terpadu adalah:
1)      Membantu anak dalam mempersiapkan transisi ke sekolah reguler2. Belajar secara intensif pelajaran yang tertinggal di kelas reguler, sehingga dapat mengejar ketinggalan dari teman-teman sekelasnya
Prasyarat:
1.      Diperlukan guru SD dan terapis sebagai pendamping, sesuai dengan keperluan anak didik (terapis perilaku, terapis bicara, terapis okupasi dsb)
2.      Kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu team dari berbagai bidang ilmu ( psikolog, pedagogi, speech patologist, terapis, guru dan orang tua/relawan)
3.      Kelas ini berada dalam satu lingkungan sekolah reguler untuk memudahkan proses transisi dilakukan (mis: mulai latihan bergabung dengan kelas reguler pada saat olah raga atau istirahat atau prakarya dsb)
2)      Program inklusi (mainstreaming)
Program ini dapat berhasil bila ada:
a)      Keterbukaan dari sekolah umum
b)      Test masuk tidak didasari hanya oleh test IQ untuk anak normal
c)      Peningkatan SDM/guru terkait
d)     Proses shadowing/dapat dilaksanakan Guru Pembimbing Khusus (GPK)
e)      Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu saja (Mempunyai IEP/Program Pendidikan Individu sesuai dengan kemampuannya)
f)       Anak dapat "tamat" (bukan lulus) dari sekolahnya karena telah selesai melewati pendidikan di kelasnya bersama-sama teman sekelasnya/peers.
g)      Tersedianya tempat khusus (special unit) bila anak memerlukan terapi 1:1 di sekolah umum

3)      Sekolah Khusus
Pada kenyataannya dari kelas Terpadu terevaluasi bahwa tidak semua anak autistik dapat transisi ke sekolah reguler. Anak-anak ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi di sekeliling mereka. Beberapa anak memperlihatkan potensi yang sangat baik dalam bidang tertentu misalnya olah raga, musik, melukis, komputer, matematika, ketrampilan dsb.Anak-anak ini sebaiknya dimasukkan ke dalam Kelas khusus, sehingga potensi mereka dapat dikembangkan secara maksimal.
Contoh sekolah khusus: Sekolah ketrampilan, Sekolah pengembangan olahraga, Sekolah Musik, Sekolah seni lukis, Sekolah Ketrampilan untuk usaha kecil, Sekolah computer.
4)      Program sekolah dirumah (Homeschooling Program)
Adapula anak autistik yang bahkan tidak mampu ikut serta dalam Kelas Khusus karena keterbatasannya, misalnya anak non verbal, retardasi mental, masalah motorik dan auditory dsb. Anak ini sebaiknya diberi kesempatan ikut serta dalam Program Sekolah Dirumah (Homeschooling Program). Melalui bimbingan para guru/terapis serta kerjasama yang baik dengan orangtua dan orang-orang disekitarnya, dapat dikembangkan potensi/strength anak. Kerjasama guru dan orangtua ini merupakan cara terbaik untuk men-generalisasi program dan membentuk hubungan yang positif antara keluarga dan masyarakat. Bila memungkinkan, dengan dukungan dan kerjasama antara guru sekolah dan terapis di rumah anak-anak ini dapat diberi kesempatan untuk mendapat persamaan pendidikan yang setara dengan sekolah reguler/SLB untuk bidang yang ia kuasai. Dilain pihak, perlu dukungan yang memadai untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya untuk dapat menghadapi kehidupan bersama seorang autistik.
  1. Dampak  psikologi anak autisme
A.    Dampak psikologis bagi orang tua
Tidak mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya mengalami kelainan. Hilangnya impian, harapan, kebingungun-kekhewatiran atas masa depan anak, biaya financial yang harus dikeluarkan, dan kerepotan-kerepotan lainnya merupakan beban berat yang harus dihadapi orang tua. Semua hal tersebut sangat berpotensi menjadi stressor dalam kehidupan dan preses interaksi dengan anak.
B.     Dampak psikologis bagi anggota keluarga
Pertama dampak psikologis terhadap sang kakak pada awal kelahirannya hal ini belum menjadi masalah. Permasalahan muncul setelah sekian lama sang kakak menyadari bahwa dengan hadir si adik perhatian ayah, ibu dan anggota keluarga yang lain tercurah kepada si adik. Bahkan kecenburuannya sitambah lagi dengan perasaan kesal, menyaksikan semua perhatian orang tua tercurah kepada adiknya yang autisme.
C.     Dampak psikologis bagi lingkungan masyarakat
Umumnya anggota masyarakat belum bisa menerima penyandang autisme dalam kelompok sosialnya. Orang tua anak normal sering melarang anaknya bergaul dengan anak autistic. Pernah juga kejadian orang tua anak normal memindahkan anaknya sekolah karena disekolah yang lama terdapat anak autistic.

BAB III
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.          
 Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang
buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat
pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung
terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.

  1. SARAN
Hendaknya saat hamil ibu harus memperhatikan asupan gizi yang baik untuk anaknya serta bagi orang tua yang memiliki anak autisme harus memperbanyak pengetahuan tentang autisme agar mengetahui bagaimana cara menangani anak autis dengan baik. Begitu juga seorang guru agar tahu bagaimana penyelenggaraan pendidikan bagi anak autisme tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Azwandi, yosfan. 2005. mengenal dan membantu penyandang autisme. Jakarta. Direktorat jendral pendidikan tinggi.      
                                 Yatim,  Faisal. 2003. Austisme suatu gangguan jiwa pada anak- anak. Jakarta: pustaka popular obor
Dr Widodo Judarwanto SpA  email : wido25@hotmail.com
htpp://www.alergianak.bravehost.com
www.google.com jam 19.00 wib tgl 28 november 2009

PostHeaderIcon MEDIA PEMBELAJARAN

MEDIA PEMBELAJARAN


  1. Pengertian media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002)
Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
Menurut Sadiman (2002:16), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
a.       Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
c.       Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk:
·         Menimbulkan kegairahan belajar.
·         Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
·         Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.

  1. Kriteria pemilihan media pembelajaran
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetnesi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pebelajaran bersifat motorik (gerak dan ativitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer).
Di dalam memilih bahan pengajaran itu konsep yang harus diterapkan guru adalah bahwa tugas guru bukanlah mengajarkan pengetahuan, tugas guru bukanlah mengajarkan isi buku atau bab dari buku melainkan tugas guru itu sebenarnya adalah untuk mencapai tujuan pengajaran, ini berarti pemilihan media pengajaran sangatlah penting untuk perumusan tujuan media pengajaran
1        Tujuan
Apa tujuan pembelajaran kompetensi yang ingin   dicapai? Apakah tujuan itu masuk kawasan kognitif, afektif , psikhomotor atau kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya? Jika visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual diam? Jawaban atas pertanyaan itu akan mengarahkan kita pada jenis media tertentu, apakah media realia, audio, visual diam, visual gerak, audio visual gerak dan seterusnya.

2        Sasaran didik
Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media? bagaimana karakteristik mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, apakah ada yang berkelainan, bagaimana motivasi dan minat belajarnya? dan seterusnya.  Apabila kita mengabaikan kriteria ini,  maka media yang kita pilih atau kita buat tentu tak akan banyak gunanya. Mengapa? Karena pada akhirnya sasaran inilah yang akan mengambil manfaat dari media pilihan kita itu. Oleh karena itu, media harus sesuai benar dengan kondisi mereka.
3        Karateristik media yang bersangkutan
Bagaimana karakteristik media tersebut? Apa kelebihan dan kelemahannya, sesuaikah media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai?  Kita tidak akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan baik karakteristik masing-masing media. Karena kegiatan memilih pada dasarnya adalah kegiatan membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik dan lebih sesuai dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media tertentu, pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut.
4        waktu
Yang dimaksud waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih, serta   berapa lama waktu yang tersedia / yang kita memiliki, cukupkah ? Pertanyaan lain adalah, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyajikan media tersebut dan berapa lama alokasi waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran ?  Tak ada gunanya kita memilih media yang baik, tetapi kita tidak cukup waktu untuk mengadakannya. Jangan sampai pula terjadi,  media yang telah kita buat dengan menyita banyak waktu,  tetapi pada saat digunakan dalam pembelajran ternyata kita kekurangan waktu.

5        biaya
Faktor biaya juga merupakan pertanyaan penentu dalam memilih media. Bukankah penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Apalah artinya kita menggunakan media, jika akibatnya justru pemborosan. Oleh sebab itu,  faktor  biaya   menjadi kriteria yang harus kita pertimbangkan. Berapa biaya yang kita perlukan untuk membuat, membeli atau meyewa media tersebut? Bisakah kita mengusahakan beaya tersebut/  apakah besarnya biaya seimbang dengan tujuan belajar yang hendak dicapai? Tidak mungkinkan tujuan belajar itu tetap dapat dicapai tanpa menggunakan media itu, adakah alternatif media lain yang lebih murah namun tetap dapat mencapai tujuan belajar? Media yang mahal, belum tentu lebih efektif  untuk mencapai tujuan belajar, dibanding media sederhana yang murah.
6        ketersediaan
Kemudahan dalam memperoleh media juga menjadi pertimbangan kita. Adakah media yang kita butuhkan itu di sekitar kita, di sekolah atau di pasaran ? Kalau kita harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, waktu   tenaga  dan sarana  untuk membuatnya? Kalau semua itu ada, petanyaan berikutnya tersediakah sarana yang diperlukan untuk menyajikannya di kelas? Misalnya, untuk menjelaskan tentang proses tejadinya gerhana matahari memang akan lebih efektif jika disajikan melalui media video. Namun karena di sekolah tidak ada aliran listrik atau tidak punya video player, maka sudah cukup bila digunakan alat peraga gerhana matahari.
7        konteks penggunaan
Konteks penggunaan maksudnya adalah dalam kondisi dan strategi bagaimana media tersebut akan digunakan.  Misalnya: apakah untuk belajar individual, kelompok kecil, kelompok besar atau masal ? Dalam hal ini kita perlu merencanakan strategi pembelajaran secara keseluruhan yang akan kita gunakan dalam proses pembelajaran, sehingga tergambar kapan dan bagaimana konteks penggunaaan media tersebut dalam pembelajaran.

8        mutu teknis
Kriteria ini terutama untuk memilih/membeli media   siap pakai yang telah ada, misalnya program audio, video, garafis atau media cetak lain.  Bagaimana mutu teknis media tersebut, apakah visualnya jelas, menarik dan cocok ? Apakah suaranya jelas dan enak didengar ? Jangan sampai hanya karena keinginan kita untuk menggunakan media saja,  lantas media yang kurang bermutu kita paksakan penggunaannya.  Perlu diinggat bahwa jika program media itu hanya menjajikan sesuatu yang sebenarnya bisa dilakukan oleh guru dengan lebih baik, maka media itu tidak perlu lagi kita gunakan.

  1. Jenis-jenis media pembelajaran
1        Media Visual
Media cetakan dan grafis di dalam proses belajar mengajar paling banyak dan paling sering digunakan. Media ini termasuk kategori media visual non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima pesan (dari guru kepada siswa). Pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol yang mengandung harti disebut ”Media Grafis”. Media grafis termasuk media visual diam, sebagaimana halnya dengan media lain media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan pesan dari guru kepada siswa. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas. Media ini tidak termasuk media yang relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya. Macam-macam media grafis adalah: gambar/foto, diagram, bagan, grafik, poster, media cetak, buku.
2        Media Audio
·         Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang cukup efektif.
·         Kaset-audio
Yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya pengadaan dan perawatan murah.
            3.   Media Audio-Visual
ü  Media video
Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.

ü  Media computer
Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.


 DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad, 2007. Teori & Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar.

Idris, Nuny S. 1999. Ragam Media Dalam Pembelajaran BIPA. A Paper presented at KIPBIPA III, Bandung.
www.google.com diakses hari selasa, 16 maret 2010 jam 13.00 wib
Senin, 18 Oktober 2010

PostHeaderIcon ANAK KESULITAN BELAJAR

PENGERTIAN MASALAH


Karena masalah anak yang lamban belajar berbeda-beda, maka sulit untuk menetapkan secara akurat masalah mereka yang sebenarnya, bahkan juga belum ada data angka yang tepat dari hasil terapi bagi anak yang lamban belajar. Sebenarnya, masalah ini sangat menarik perhatian para ahli dari berbagai bidang, misalnya para pendidik, psikiater, ahli saraf, dokter anak, dokter spesialis mata dan telinga, juga ahli bahasa. Mereka setelah melihat masalah ini dari sudut pandang yang berbeda-beda, akhirnya secara umum dapat disimpulkan ada dua faktor penyebab anak mengalami kesulitan belajar, yaitu faktor penyakit dan faktor perilaku.
Dari sudut pandang kedokteran, kelambanan anak dalam belajar dianggap berhubungan erat dengan ketidaknormalan dalam otak. Oleh sebab itu, mereka menjelaskan adanya luka pada otak, kurang darah, dan ketidaknormalan dalam saraf sebagai unsur penyebab kelambanan belajar. Dari sudut pandang ahli psikologi, mereka berusaha menyelidiki masalah dari perilaku dan kejiwaan anak yang lamban. Mereka menjelaskan adanya gangguan dalam masalah kognitif, yaitu membaca, menghitung, dan berbahasa.
PERNYATAAN MASALAH
Departemen Pendidikan Amerika Serikat bagian anak cacat telah menjelaskan standar penentuan bagi anak yang lamban belajar dalam hal penyampaian secara lisan, pengertian secara lisan, penyampaian tertulis, teknik membaca, pengertian membaca, penghitungan matematika, serta kemampuan berpikir logis. Dengan angka IQ, dibedakanlah derajat kelambanan belajar. Bila tidak mencapai nilai standar normal, seorang anak akan dipandang mengalami kelambanan dalam belajar. Tes IQ sendiri telah digunakan secara luas sejak dulu. Meski akhir-akhir ini para ahli mulai meragukan apakah cara penilaian ini dapat dipercaya, namun pada umumnya tingkat kelambanan dalam belajar seorang anak sesuai dengan hasil tes IQ.
Dari sisi pelajaran dan pertumbuhan jasmani hambatan belajar dapat diselidiki.
1.      Segi pelajaran
Dalam segi pelajaran, hambatan bagi anak dapat dilihat dari kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Pada umumnya bila terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan belajar dengan hasil pelajaran, dapat disimpulkan anak tersebut mengalami kelambanan belajar.
2.      Segi pertumbuhan fisik
Hal ini meliputi beberapa hal: berbicara, berpikir, mengingat, dan hambatan fungsi indra. Hambatan berbicara merupakan hambatan belajar yang sering terdapat pada tingkat anak prasekolah, dan umumnya mengakibatkan anak terlambat bicara. Sedangkan masalah hambatan dalam berpikir terlihat dari anak yang mengalami kesulitan dalam membentuk konsep, mengaitkan apa yang dipikirkan, dan memecahkan masalahnya. Seorang anak yang memiliki hambatan dalam mengingat akan kesulitan mengingat apa yang telah ia lihat dan ia dengar, padahal daya ingat merupakan syarat utama untuk belajar. Anak juga tidak mampu memusatkan pikiran pada sesuatu yang harus dipilihnya, ia hanya berlari terus ke sana ke mari, dan tidak memiliki konsentrasi belajar dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan hambatan fungsi indra termasuk hambatan dalam penglihatan dan pendengaran.

PENYEBAB MASALAH
1.      Faktor keturunan
Di Swedia, Hallgren (1950) melakukan penelitian dengan objek keluarga dan menemukan rata-rata anggota keluarga tersebut mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja. Kesimpulannya, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan. Ahli lainnya, Hermann (1959), mempelajari dan membandingkan anak-anak kembar yang berasal dari satu sel telur. Ia memperoleh kesimpulan bahwa anak kembar dari satu sel itu lebih mempunyai kesamaan dalam hal kesulitan membaca daripada anak kembar dari dua sel telur.
2.      Fungsi otak kurang normal
Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami masalah pada saraf otaknya. Pendapat ini telah menjadi perdebatan yang cukup sengit. Beberapa peneliti menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri pada perilaku anak yang lamban belajar dengan anak yang abnormal. Hanya saja, anak yang lamban belajar memiliki adanya sedikit tanda cedera pada otak. Oleh sebab itu, para ahli tidak terlalu menganggap cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli saraf membuktikan masalah ini. Mereka menyebutnya sebagai "disfungsi otak" ketimbang "cedera otak". Sebenarnya, sangatlah sulit untuk memastikan bahwa keadaan itu disebabkan oleh cedera otak.
3.      Masalah organisasi berpikir
Anak yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam menerima penjelasan tentang dunia luas. Mereka tidak mampu berpikir secara normal. Misalnya, anak yang sulit membaca akan sulit pula merasakan atau menyimpulkan apa yang dilihatnya. Para ahli berpendapat bahwa mereka perlu dilatih berulang-ulang, dengan tujuan meningkatkan daya belajarnya.
4.      Kekurangan gizi
Berdasarkan penelitian terhadap anak dan binatang, ditarik suatu kesimpulan bahwa ada kaitan yang erat antara kelambanan belajar dengan kekurangan gizi. Walau pendapat tersebut tidak seluruhnya benar, tetapi banyak bukti menyatakan bila pada awal pertumbuhan seorang anak sangat kekurangan gizi, keadaan itu akan memengaruhi perkembangan saraf utamanya, dan tentunya membawa dampak yang kurang baik dalam proses belajar.
5.      Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan, gangguan nalar, dan emosi, ketiganya mempunyai ciri khas yang sama, yaitu dapat mengakibatkan kesulitan belajar. Yang dimaksud dengan faktor lingkungan ialah hal-hal yang tidak menguntungkan yang dapat mengganggu perkembangan mental anak, misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, dan lain-lain. Gangguan tersebut mungkin berupa kepedihan hati, tekanan keluarga, dan kesalahan dalam menangani anak. Meskipun faktor ini dapat memengaruhi, tetapi bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab terjadinya hambatan. Yang pasti, faktor tersebut bisa mengganggu ingatan dan daya konsentrasinya. Dan dari pengalaman dapat dipetik pelajaran bahwa lingkungan yang tidak menguntungkan sedikit banyak bisa memengaruhi kecepatan belajar.

PENYELESAIAN MASALAH
1.      Pemeliharaan sejak dini
Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama mundurnya daya ingat dalam berpikir, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar.
2.      Pengembangan secara keseluruhan
Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam pelbagai hal akan membuat anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri yang sehat.
3.      Lembaga pendidikan khusus atau umum
Suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah dalam upaya untuk menolong, anak yang lamban belajar sebaiknya bergabung dalam lembaga pendidikan khusus atau lembaga pendidikan umum. Hasilnya, tidak diperoleh suatu kepastian karena adanya perbedaan pendapat. Kesimpulannya, dari segi nalar tidak ditemukan adanya peningkatan ketika anak berada di lembaga pendidikan khusus. Hasil belajarnya pun tidak lebih baik dibandingkan dengan mereka yang bergabung di lembaga pendidikan umum. Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lamban belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal.
4.      Memberikan pelajaran tambahan
Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. B.F. Skinner mengatakan bahwa penggunaan mesin mengajar akan sangat bermanfaat bagi mereka. Dewasa ini komputer telah menjadi alat pendidikan yang populer. Gereja atau sekolah dapat menggunakannya untuk mendidik anak yang lamban belajar.
5.      Latihan indra
Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan indra kepada mereka.
    1. Latihan indra
      Dengan latihan ini anak dilatih untuk mengenal lingkungan melalui penglihatan, pendengaran, atau perabaan. Misalnya, mengenal benda melalui perbedaan bentuk atau suara. Dengan mata tertutup anak diajak untuk mengenal bentuk, kasar, atau halus suatu benda. Semua latihan tersebut dapat mempertajam indra anak.
    2. Latihan koordinasi
      Hal-hal yang termasuk dalam latihan koordinasi ialah menggunting, mewarnai, meronce, mengikat, melakukan estafet, atau gerakan lainnya. Latihan tersebut kemudian disatukan dengan gerakan dalam kehidupan sehari-hari seperti: memakai atau menanggalkan sepatu, menyikat gigi, menyisir rambut, menuang air, dan sebagainya.
    3. Latihan konsentrasi
      Melalui latihan ini anak dilatih untuk memerhatikan rangsangan-rangsangan yang ada di luar, melalui permainan, nyanyian, meniru gerakan guru, bermain kartu, atau berkejar-kejaran untuk melatih konsentrasinya.
    4. Latihan keseimbangan
      Rasa keseimbangan akan menenteramkan emosi anak dan menolong melatih gerak-gerik tubuh mereka. Misalnya, belajar berbaris, menari, menaiki papan titian, senam irama, dan sebagainya.
6.      Prinsip belajar
Semua usaha yang melatih anak untuk meningkatkan daya belajarnya, sebaiknya memerhatikan prinsip dan keterampilan belajar.
    1. Usahakan agar anak lebih banyak mengalami sukacita karena keberhasilannya. Hindarkan kegagalan yang berulang-ulang.
    2. Dorong anak untuk mencari tahu jawaban yang benar atau salah dengan usahanya sendiri. Dengan demikian, anak dapat dipacu semangatnya untuk belajar.
    3. Beri dukungan moril atas setiap perubahan sikap anak agar mereka puas. Kadang-kadang berilah hadiah kepada anak.
    4. d. Perhatikan taraf kemajuan belajar anak, jangan sampai kurang tantangan dan terlalu banyak mengalami kegagalan.
    5. Lakukan latihan secara sistematis dan bertahap sehingga mencapai kemajuan belajar.
    6. Boleh memberikan pengalaman berulang yang cukup, tetapi jangan diberikan dalam jangka pendek.
    7. Jangan merencanakan pelajaran yang terlampau banyak bagi murid.
    8. h. Gunakan teknik bahasa yang melibatkan lebih banyak penggunaan indra.
    9. Lingkungan belajar yang sederhana akan mengurangi rangsangan yang tidak diinginkan. Aturlah tempat duduk sedemikian rupa agar mereka tidak merasa terganggu.
7.      Dukungan orang tua
Dorongan dan bantuan orang tua erat hubungannya dengan hasil belajar anak yang lamban. Bila dalam mengulangi apa yang dipelajari di sekolah, orang tua bekerja sama dengan guru dalam memberikan metode dan pengarahan yang sama, tentu akan diperoleh hasil yang lebih baik. Bila memungkinkan, ibu boleh meminta izin untuk mengamati proses belajar mengajar di sekolah. Ikutilah seminar-seminar mengenai anak yang lamban belajar untuk menambah wawasan Anda.


PostHeaderIcon Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP)




Penyebab gangguan kepribadian antisosial, atau ASP, sampai saat ini belum dapat diketahui. Asp dapat dikatakan sebagai permasalahan kesehatan mental, poin bukti untuk mewarisi sifat-sifat. Tapi kehidupan keluarga disfungsional juga meningkatkan kemungkinan ASP. Jadi meskipun ASP kemungkinan disebabkan dari dasar keturunan, faktor lingkungan juga memberikan kontribusi untuk pengembangannya. Kondisi dan Situsi lingkungan juga dapat menyebabkan gangguan kepribadian anti sosial.


Teori Gangguan Kepribadian Anti Sosial (ASP)
Para peneliti telah gagasan mereka sendiri tentang penyebab ASP’s. Satu teori menyatakan bahwa kelainan dalam perkembangan sistem saraf dapat menyebabkan ASP. Kelainan yang menyarankan pengembangan sistem saraf yang abnormal termasuk gangguan belajar, mengompol gigih dan hiperaktivitas.


Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa jika ibu merokok selama kehamilan, keturunan mereka pada risiko mengembangkan perilaku antisosial. Hal ini menunjukkan bahwa merokok membawa menurunkan tingkat oksigen dengan mungkin dihasilkan dalam cedera otak halus untuk janin.


Namun teori lain menunjukkan bahwa orang dengan ASP memerlukan input sensorik yang lebih besar untuk fungsi otak normal. Bukti bahwa antisocials telah beristirahat rendah denyut nadi dan konduktansi kulit rendah, dan menunjukkan penurunan amplitudo pada ukuran otak tertentu mendukung teori ini. Individu dengan gairah rendah kronis dapat mencari berpotensi berbahaya atau berisiko situasi untuk meningkatkan gairah mereka ke tingkat yang lebih optimal untuk memuaskan keinginan mereka untuk kesenangan.


Pencitraan otak telah juga menyatakan bahwa fungsi otak abnormal merupakan penyebab perilaku antisosial. Demikian pula, neurotransmiter serotonin telah dikaitkan dengan perilaku impulsif dan agresif. Kedua lobus temporal dan korteks prefrontal membantu mengatur suasana hati dan perilaku. Bisa jadi perilaku impulsif atau kurang terkontrol berasal dari kelainan fungsional dalam kadar serotonin atau di wilayah otak.
Lingkungan


Sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam menunjang perkembangan perilaku antisosial. Orang tua dari anak-anak bermasalah sering menunjukkan tingkat tinggi perilaku antisosial sendiri. Dalam satu penelitian besar, orang tua anak laki-laki lebih sering bermasalah alkohol atau pidana, dan rumah mereka sering terganggu oleh perceraian, perpisahan atau tidak adanya orangtua.


Dalam kasus anak asuh dan adopsi, merampas seorang anak muda dari ikatan emosional yang signifikan dapat merusak kemampuannya untuk membentuk hubungan intim dan percaya, yang mungkin menjelaskan mengapa beberapa anak yang diadopsi cenderung untuk mengembangkan ASP. Sebagai anak-anak muda, mereka mungkin lebih cenderung bergerak dari satu pengasuh ke yang lain sebelum adopsi akhir, sehingga gagal untuk mengembangkan lampiran emosi yang tepat atau mempertahankan angka dewasa.


Disiplin tidak menentu atau tidak patut dan pengawasan yang tidak memadai telah dikaitkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak. Melibatkan orang tua cenderung untuk memonitor perilaku anak, menetapkan aturan dan melihat bahwa mereka mematuhi, memeriksa keberadaan anak, dan mengarahkan mereka dari teman-teman bermain bermasalah. pengawasan yang baik adalah kurang cenderung di rumah-rumah yang rusak karena orang tua mungkin tidak tersedia, dan orang tua sering antisosial kurangnya motivasi untuk mengawasi anak-anak mereka. Pentingnya pengawasan orangtua juga ditekankan ketika antisocials tumbuh dalam keluarga besar dimana setiap anak kurang mendapat perhatian secara proporsional.


Seorang anak yang tumbuh di sebuah rumah terganggu dapat memasukkan orang dewasa di dunia terluka secara emosional. Tanpa memiliki ikatan yang kuat dikembangkan, dia egois dan tidak peduli kepada orang lain. Kurangnya disiplin hasil konsisten dalam hal kecil untuk aturan dan menunda kepuasan. Dia tidak memiliki model peran yang tepat dan belajar untuk menggunakan agresi untuk memecahkan perselisihan. Dia gagal untuk mengembangkan empati dan kepedulian bagi orang-orang di sekitarnya.


Antisosial anak-anak cenderung memilih teman bermain dengan ana yang sama. Pola dasar biasanya berkembang selama tahun-tahun sekolah dasar, ketika rekan kelompok penerimaan dan perlu menjadi bagian pertama menjadi penting. anak agresif adalah yang paling mungkin akan ditolak oleh rekan-rekan mereka, dan penolakan ini mendorong orang buangan sosial untuk membentuk ikatan dengan satu sama lain. Hubungan ini dapat mendorong dan pahala agresi dan perilaku antisosial lainnya. Asosiasi tersebut kemudian dapat mengakibatkan keanggotaan geng.


Penyalahgunaan Anak juga telah dikaitkan dengan perilaku antisosial. Orang dengan ASP lebih mungkin daripada yang lain telah disalahgunakan sebagai anak-anak. Hal ini tidak mengherankan karena banyak dari mereka tumbuh dengan orang tua antisosial lalai dan kadang-kadang kekerasan. Dalam banyak kasus, pelecehan perilaku belajar menjadi orang dewasa yang sebelumnya disiksa mengabadikan dengan anak-anak mereka sendiri.


Telah dikemukakan bahwa pelecehan awal (seperti gemetar penuh semangat anak) adalah sangat berbahaya, karena dapat mengakibatkan cedera otak. Trauma kejadian dapat mengganggu perkembangan normal sistem saraf pusat, sebuah proses yang berlanjut selama bertahun-tahun remaja. Dengan memicu pelepasan hormon dan bahan kimia otak lainnya, peristiwa stress dapat mengubah pola perkembangan normal.


PRILAKU PRO SOSIAL DAN PRILAKU ANTI SOSIAL


A. Pro Sosial atau Altruism
Sikap prososial atau altruisme merupakan sikap keikhlasan untuk menolong atau membantu orang lain, yakni perilaku yang cenderung memberi kontribusi baik fisik maupun psikis yang memberikan kebaikan atau kesejahteraan kepada orang lain (Wispe, 1972 dalam Brigham,1991).


Perilaku prososial menurut William (1981) adalah tingkah laku seseorang yang bermaksud merubah keadaan psikis atau fisik penerima sedemikian rupa, sehingga si penolong akan merasa bahwa si penerima menjadi lebih sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis.


Altruisme sering dimotivasi secara egois. Walau bagaimanapun, orang-orang terkadang secara keseluruhan altruistic dan tidak sedikitpun egois. Batson (1995) mengungkapkan kita terkadang menolong orang lain karena merasa empati, yang berarti kita merasakan rasa sakit, penderitaan atau emosi lainnya yang orang lain rasakan. Artinya kita cenderung menolong orang apabila kita pernah mengalami beberapa perasaan yang mereka rasakan.


Disebutkan diatas altruisme termotivasi secara egois. Maksudnya, kita akan menolong seseorang karena adanya dua alasan.
(1) kita ingin menghindari rasa sakit melihat orang lain menderita atau juga perasaan bersalah tidak membantu orang lain yang kesulitan dan
(2) kita ingin berbagi kebahagiaan yang seseorang rasakan saat kehidupannya berubah atau berkembang.


Dapat disadari bahwa antara keduanya merupakan perbedaan jenis egois. Yang pertama, menghindari perasaan sakit pribadi dan yang kedua mencari kesenangan pribadi. Mengingat pentingnya sikap prososial dalam menciptakan kebahagiaan dan kesehatan secara psikologis, maka hal itu perlu diajarkan sejak dini. Banyak perilaku sosial dipelajari oleh anak dari orang tuanya. Sosialisasi menunjukkan proses pembentukan perilaku soial seseorang untuk memenuhi harapan budaya dimana dia tinggal. Beberapa nilai mengajarkan pada masa kanak-kanak melibatkan perilaku prososial.


Orang tua tentu saja merupakan faktor yang paling menentukan dalam proses sosialisasi melalui social power mereka (pemberian hadiah, paksaan, legetimasi dan kepakaran), kemampuan mereka dalam mengajar anak-anak mereka akan arti perilaku dan status mereka sebagai model. Sekolah juga menampilkan peran yang vital dalam pembentukan perilaku prososial.


Beberapa strategi yang bisa dipakai guru untuk meningkatkan perilaku prososial murid (Santrock;2008, Honig & Wittmer, 1996; Wittmer & Honig, 1994); 

  1. Hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain.
  2. Jadilah contoh perilaku prososial
  3. Beri label dan identifikasi perilaku prososial dan antisosial 
  4. Nisbahkan perilaku positif untuk setiap murid 
  5. Perhatikan dan dorong perilaku secara sosial secara positif tetapi jangan terlalu banyak menggunakan ganjaran eksternal.
  6. Bantu anak untuk mengambil sikap dan memahami perasaan orang lain
  7. Gunakan strategi disiplin yang positif.
  8. Pimpin diskusi tentang interaksi prososial
  9. Kembangkan proyek kelas dan sekolah yang bisa meningkatkan altruisme.



2. Anti Sosial, Asosial, Introvert
Anti Sosial Seseorang yang antisosial menunjukkan ketidakacuhan, ketidakpedulian, dan/atau permusuhan yang seronok kepada orang lain, terutama yang berkaitan dengan norma sosial dan budaya. Orang yang antisosial biasanya blak-blakan dan tidak memedulikan hak dan perasaan orang lain.
Istilah antisosial secara formal disebut Penyimpangan Kepribadian yang Antisosial(Antisocial Personality Disorder). Orang dengan penyimpangan ini, kebanyakan laki-laki, memiliki luas emosi yang terbatas, rasa empatinya sedikit, dan biasanya merasa kosong atau hampa.


Ciri ciri gangguan kepribadian Anti Sosial meliputi :

  • Berumur paling sedikit 18 tahun dan telah menunjukkan pola ketidakpedulian yang sangat kuat dan    pelanggaran hak hak orang lain sejak umur 15 tahun.
  • Tidak mematuhi norma norma sosial, terbukti dari tindakan tindakan melanggar hukum yang dilakukannya
  • Suka memperdayai orang lain, termasuk berbohong, menggunakan nama nama alias atau menipu orang lain untuk memperoleh keuntungan atau kesenangan
  • Sesuka hati atau tidak mampu membuat rencana ke depan
  • Mudah marah atau bersifat agresif seperti ditunjukkan oleh seringnya berkelahi atau melakukan penyerangan
  • Tidak peduli pada keselamatan orang lain
  • Secara konsisten tidak bertanggung jawab dalam pekerjaan atau dalam membayar tagihan
  • Tidak menyesal karena telah menyakiti orang lain
  • Ada tanda tanda gangguan tingkah laku yang muncul sebelum umur 15 tahun
  • Tidak muncul secara eksklusif selama perkembangan skizofrenia atau selama episode manik.

Use Follow Me

Artikel

About Me

Foto Saya
Special Education
Padang, Indonesia
Simple
Lihat profil lengkapku

Blog List

Special Education. Diberdayakan oleh Blogger.

Chat Box

Create a Meebo Chat Room
Google Translate
Arabic Korean Japanese
Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German
Spain Italian Dutch

CLender


Free Blog Content
Mr.Zoo